Selasa, 11 Maret 2014

Berakhir dengan Kekecewaan

Terlalu sakit memang apabila sudah tidak dianggap lagi.
Apa yang aku lakukan selalu salah.
Mungkin kata maaf saja tak cukup membuat keadaan membaik.
Tidak ada yang lebih menyiksa kecuali sikap diam yang mereka tunjukkan.
Kepergianku mungkin yang diharapkan.

Dulu Percikan air mata kebahagiaan
Pernah jatuh membasahi bumi
Kini semakin deras saja mengalir meninggalkan mata
Menorehkan kedukaan yang murni
Bercampur dengan kekecewaan yang mendalam

Aku bukan sosok wanita tanpa rasa
Akulah wanita yang ingin mengeja kata
Akan aku rangkaikan menjadi cerita
Namun bukan cerita duka yang kasat mata
Kebahagiaan itu yang seharusnya tertata

Antara Bertahan dan menyerah
Keduanya memang berat untuk dipilih
Bertahan dengan rintihan dan cacian
Menyerah dengan lembaran cerita yang terbuang
Semakin sakit saja untuk memikirkan itu semua



Sekarang aku memang lemah
Tak sanggup lagi untuk melangkah
Melawan arus yang tak pernah sepaham
Membaur namun berakhir penolakan
Kini aku putuskan untuk menyerah




Senin, 10 Maret 2014

KEGAGALAN

Mentari pagi menyambut kita dengan suka cita, menemani sampai waktu senja. Keheningan dan kesendirian semakin tak terasa, namun aku masih merasakan duka. Kegagalan itu terekam sangat kuat dalam memori. Mengotak-atik syaraf kebahagiannku. Aku berduka, aku menangis dalam tawa. Kegagalan yang menghancurkan semua impian, dan kegagalan yang menjadikan aku belum bisa memerimanya.

Aku merasa sangat terpukul ketika keinginanku mendapatkan sesuatu yang sangat penting bagiku tak bisa terwujud. Dunia seolah-olah ikut berduka dengan suara petir yang menggelegar saat aku mengetahui bahwa aku telah gagal. Gagal yang teramat fatal, dan aku tak tahu mengapa aku gagal. Ini mungkin bukan yang pertama dalam kegagalanku, tapi ini kegagalan pertamaku yang sangat menyakitkan, tak mampu aku dalam sekejap melupakan kegagalanku kali ini.

Belajar Ikhas

Aku memang sering mendengar bahwa kegagalan ialah merupakan kesuksesan yang tertunda, namun bagiku ini tidak. Ini merupakan kesempatanku yang pertama dan terakhir namun aku telah gagal. Aku sempat emosi, menangi, tak tahu harus berbuat apa. Tapi sungguh salah kalau aku sampai menganggap Tuhan tak sayang kepadaku. Aku hanya emosi kepada diriku sendiri dan mengutuk kegagalanku.

Aku sempat dinasihati sahabta-sahabatku, namun omongan mereka sama sekali tak mampu mengalahkan kekecewaanku. Mereka tak bisa berbuat apa-apa kecuali mengawasi aku dan sesekali juga mendekat, khawatir akan kondisiku. Mereka tak pernah meninggallkan aku sendiri.

Jujur aku mudah sekali hancur, aku mudah sekali merasa tak kuat menghadapi semua persoalan sendiri, namun mereka sahabat-sahabatku lah yang selalu menguatkan aku. Memberi motivasi dan lainnya. Aku tak pernah  bisa untuk menyimpan ceritaku sendiri. kepada mereka lah aku selalu berbagi duka dan suka. 

Menurutku, kegagalan ada karena memang jalan kita bukan di situ. Tuhan telah merancang semua sedemikian elok dan Tuhan pula yang telah mempersiapkan pengganti kegagalgalan itu, dan sudah pasti itu yang terbaik untuk kita. Tuhan akan memberikan yang kita butuhkan bukan yang kita inginkan. Jadi jangan seperti aku yang terlalu berduka saat kegagalan menyapa. Bersedih boleh, menangis boleh, emosi juga boleh, tapi jang berlebihan. Itulah yang mulai sekarang akan aku lakukan, belajar ikhlas....

Sabtu, 08 Maret 2014

ARTI "KEBETULAN"

DEWAN AMBALAN PRAMUKA

"Aaahhhh! Kenapa harus berseragam?!", Kataku sambil berteriak. Sejak kecil aku selalu mengagumi orang yang berseragam, misalnya saja PRAMUKA/POLISI/TNI. Dengan seragam,muka mereka yang dikategorikan pas-pasan saja akan menjadi gagah. Badan yang tegap, fisik yang kuat, serta pikiran yang cerdas selalu saja bisa menghipnotis kesadaranku. Mungkin karena kekagumanku lah aku aku sering tanpa disengaja dekat dengan lelaki berseragam. Dulu saja saat SMA kelas X, aku dekat dengan kakak Dewan Ambalan Pramuka dan saat aku menjadi Dewan Ambalan Pramuka, aku juga dekat dengan rekanku sesama Dewan, serta saat kuliah aku pernah dekat dengan anggota TNI yang kebetulan kenal di bus kota. Namun bukan berarti dengan aku kagum kepada lelaki berseragam, lantas aku menutup hati untuk cowok yang tidak berseragam. itu hanya kebetulan saja sobat. 

Sekian lama memperhatikan daun-daun yang jatuh terombang-ambing oleh angin, aku menjadi pemikir berat untuk sesaat. Merenungi apa arti dari sebuah kebetulan (tidak disengaja). Namun tidak mungkin semuanya itu kebetulan, kedekatan-kedekatanku selama ini hanya dikategorikan sebagai sebuah kebetulan semata. "Masa sih? impossible", batinku selalu menolaknya. pemikiran dan hati mulai tidak sinkron, mereka saling bertolak belakang, tak mau bersatu untuk hal ini.

Mengapa harus sebuah kebetulan, bukankah Tuhan mempertemukan satu manusia dengan manusia lain selalu ada tujuannya. Aku dekat dengan mereka pasti ada sesuatu yang mengharuskan aku dekat dengan mereka. Entah untuk menunjukkan sifat mereka satu-satu bahwa kadangkala apa yang dilihat oleh mata tak selalu sama dengan hati, mereka mempunyai persamaan yaitu dengan seragam yang mereka kenakan, namun sifat mereka berbeda-beda. Aku sendiri juga pusing memikirkan hal ini, lelaki dengan seragam...

Intinya, menurutku lho ya, entah salah atau benar. Hal ini menunjukkan bahwa dibalik seragam ada sifat, dibalik rupa ada rasa, dan dibalik itu semua pasti ada sesuatu yang tersembunyi. Jadi kita harus jeli dalam menilai orang, bila perlu kita lucuti sampai ke dalam hati agar kita tau mereka yang sebenarnya benar-benar baik atau sedikit baik.

Tuhan selalu punya rencana dibalik kata kebetulan-kebetulan itu. Jangan pernah bosan untuk selalu mencari jawaban yang cocok. Selamat mengartikan arti sebuah kata kebetulan untuk kalian.... :)

Rabu, 05 Maret 2014

BERPISAH??

Hal yang selalu saya takutkan adalah sebuah perpisahan. Berat memang meninggalkan kenangan yang sekian lama terpatri dalam ingtan. Ketika sendiri hal itulah yang selalu hadir. Ingin rasanya tak ada kata perpisahan dalam hidupku, namun bukankah itu memang sudah menjadi garis hidup, bahwa pertemuan harus diakhiri dengan perpisahan. mereka saling melengkapi dalam hidup untuk membuatnya lebih berwarna.
Mana Jalan Terbaik?

Aku sekarang terlalu sibuk memang dengan kesendirianku, entah apa yang telah mempengaruhiku sehingga aku harus membuat keputusan yang berdampak besar dalam hidupku kedepannya. Antara maju, bertahan dan bersama atau mundur, menyerah, dan sendiri. Aku ingin memilih untuk bertahan namun kehangatan kini tak pernah bisa aku temukan. aku mencoba mendekat, merangkul, namun penolakan yang aku dapatkan. Entah itu benar atau hanya pemikiranku saja, namun semuanya membuat aku tak nyaman bersama mereka. jaln satu-satunya ialah menyerah, aku mencoba untuk mundur secara teratur, meskipun hatiku menolaknya. Aku ingin menghilang secara perlahan, akankah mereka masih mengingat aku yang pernah menjadi bagian dari mereka ataukah aku tak pernah ada dalam lamunan mereka. Hanya mereka saja yang tahu atau biarkan waktu yang akan menjawabnya. :)

Minggu, 02 Maret 2014

PENDIDIKAN KHARAKTER (syair)

Aktif

Pagi ini memtari telah menanti
menjemput pemuda gagah berani
pendidik muda mulailah beraksi
mari perbaiki pendidikan sejak dini

Wahai pendidik insan muda
berlaku jujur berakhlak mulia
selalu terapkan kepada siswa
agar kelak hidupnya bahagia

Pendidikan kharakter sudah diterapkan
para pemuda menjadi harapan
segala yang sulit takkan jadi halangan
karena semua hanyalah ujian

HATIMU MEMBEKU


Harus bagaimana lagi
semua telah aku lakukan
untuk membuatmu yakin
akan perasaanku

Tapi kau tak pernah memahami
mengerti akan kesakitanku mencintai
telah aku tapaki kerikil-kerikil runcing
telah aku lewati berkeloknya jalanan kecil
hanya untuk menemui kau
hanya untuk menyatakan rasa

Aku tahu kau sangat paham
tapi hatimu telah membeku
dan aku belum mampu
memecahkan bongkahan es di hatimu

Tapi ingat, aku akn menjadi kapak
menghancurkan segala macam tembok
yang menghalangi rasamu
dengan kesabaran dan keikhlasan
pasti akan berbuah kebahagiaan

TAK USAH KAU TANGISI

Sorotan matamu
lembut sikapmu
membuatku cinta
cinta awal jumpa

Janjimu tak pernah ku lupa
takkan khianati cinta
hingga suatu ketika
kaunmencoba tuk khianatinya

Aku pikir itu hanya canda
tapi itu memang nyata
kau dustai cinta
tuk dirinya yang kau puja

Semua itu telah berlalu
kini kau datang merayu
agar aku kembali padamu
merajut cinta bersamamu

Aku tak mungkin bisa
menerima semuanya
seperti semula
seperti dulu kala

Tak usahlah kau tangisi
aku takkan peduli
walau sampai mati
aku tak mau kembali

Itu cuma angan
cuma impian
itukan yang kau ingingkan 
lebih baik aku kau lupakan

SENJA DAN MASA LALU


Merindukan Senja

Senja sore ini memancarkan keindahan khasnya tapi sebentar lagi sinarnya akan sirna ditelan gelapnya malam. Tak perluk khawatir! karena esok sore, sama seperti sore ini, senja masih dapat kita nikmati lagi keindahannya. Begitu pula sebuah kehidupan, dikala kesedihan telah datang menjelma, namun esok pasti akan ada harapan akan kebahagiaan.
Sore ini aku melihat cahaya senja, sinarnya indah menyejukkan jiwa. Bisa kau lihat juga di ujung sana. Namun, hal ini mengingatkan aku akan sesuatu. Kesendirian, ya sekarang aku merasa sangat kesepian.
Aku seorang gadis berumur 19 tahun. Aku ingin dewasa sejalan dengan umurku. Tak perlu memiliki sifat seperti anak kecil yang menghabiskan banyak waktunya untuk bermain bersama teman sebaya, tak juga harus seperti seorang yang telah dewasa melebihi umurku, yang harus mengurus keluarga kecilnya. Memikirkan masalah ekonomi dan tetek bengeknya.
Sejak kecil aku selalu diselimuti dengan kasih sayang, rumah yang orang tuaku bangun telah menjadi surga dalam hidupku. Surga yang mungkin orang lain tak pernah mendapatkannya. Namun itu dulu, ketika aku masih kecil. Menapaki umurku yang remaja kini semua semakin terasa berubah.
Terlahir menjadi anak dari keluarga yang broken home tak pernah sedikitpun terpikirkan olehku. Tapi ini nyata, aku yang belum bisa dengan lapang dada menerima kenyataan ini. Kenyataan yang sangat pahit. Madu termanispun tak dapat menghilangkan kepahitannya.
Orang tuaku resmi bercerai ketika aku remaja,  remaja yang tahu benar apa arti sebuah perceraian. Memang benar puncak sebuah kebahagiaan akan kita dapatkan apabila kita bisa melewati sebuah ujian, namun orang tuaku lain. Mereka memilih jalan yang berbeda, atau dengan kata lain mereka tak dapat melewati ujian itu dan alhasil perceraianpun terjadi.
Mungkin kalian berpikir, masa perceraian itu ketika aku SMP atau awal masuk SMA. Namun harus kalian ketahui, masa itu terjadi ketika aku kelas 3 SMA. Disaat anak-anak lain mendapatkan banyak wejangan dari orang tua mereka, untuk lebih rajin lagi dalam belajar,  aku justru lain. Aku mendapatkan nyanyian yang sangat memekakkan telingaku. Nyanyian yang selalu mereka nyanyikan sebelum aku terbangun dan aku tak tahu kapan nyanyian itu akan berhenti. Karena aku tertidur sebelum nyanyian itu memiliki tanda-tanda akan berhenti.
Try out, ya test uji coba untuk mengetahui apakah kita lulus ujian nasional atau tidak.  Pembagian hasil try out pertamaku menyatakan aku gagal atau sama artinya dengan tidak lulus, try out kedua juga gagal, ketiga dan keempatpun tak jauh berbeda selalu gagal. Aku tak pernah menyalahkan orang tuaku dalam hal ini, mungkin aku saja yang kurang berkonsentrasi tapi memang tak bisa dipungkiri bahwa mereka juga ikut andil dalam hal ini. Nyanyian yang selalu mereka nyanyikan setiap hari telah mengambil paksa rumus yang telah aku simpan dalam memori, rumus itu berterbangan, melayang-layang seirama dengan nada yang mereka nyanyikan.
Tiba saat pengumuman ujian nasional. Dimana masa depanku di tentukan oleh angka-angka pada selembar kertas. Ya seperti kertas ini. Hasil ujianku berbeda dari hasil try outku. Memang ujian nasionalku lulus, namun nilai rata-rataku tak lebih dari 5,6 Iya tak lebih dari 5,6. Aku yang setiap tahunnya selalu masuk 3 besar di kelas harus bisa menerima kenyataan ini. Alhasil aku harus mengubur jauh impianku masuk perguruan tinggi negeri, mungkin takdirku hanya bersekolah di perguruan tinggi swasta.

Ah sudah lah, tak usah mengingat masa yang dulu. Cukup hanya sebagai kenangan saja tak perlu aku ungkit lebih jauh lagi. Yang terpenting impian aku untuk bersekolah di perguruan tinggi negeri kini sudah terkabul. Karena aku percaya akan ada kebahagiaan yang datang setelah kesedihan, dan itu semua terbukti. Sama seperti senja yang selalu aku nantikan kedatangannya.